Review Buku
: Negeri Serdadu & Polisi
Tidur.
Penulis
: Hermawan Sulistyo.
Penerbit : Pensil – 324.
Tahun : 2011.
Jumlah
Halaman : 197 Halaman.
Buku ini adalah kumpulan esai yang ditulis
sebagai bentuk kritikan terhadap peran militer yang merajalela di Indonesia. Diawali
dengan penjabaran tentang institusi yang berwenang dalam memelihara dan menjaga
Keamanan Negara yaitu TNI dan Polri, namun diukur dari derajat kinerjanya kedua
institusi ini jelas memiliki domain yang berbeda. TNI dalam domain menjaga dan
memelihara keutuhan nation-state dalam pengertian fisik territorial, sedangkan
Polri dalam domain terciptanya keamanan dan rasa aman masyarakat.
Di masa kepemimpinan Presiden Gus Dur (2001)
terjadi ketegangan politik antara Presiden dan TNI. Saat itu Gus Dur
menggunakan hak prerogatifnya dalam mengangkat dan memberhentikan petinggi TNI.
Proses “gangguan” ini membuat jarak antara Gus Dur dan TNI, sehingga
dilakukanlah sejumlah program reformasi internal TNI. Visi TNI diperbaharui dengan
“Paradigma Baru TNI’ yang dikenal dengan tiga pergeseran peran. Yang paling
dirasakan adalah TNI tidak lagi turun ke jalan dalam pengamanan unjuk rasa yang
dilakukan oleh para demonstran. Pergolakan dari internal TNI terlihat dari
adanya kebijakan KSAD TNI AD, Ryamizard Ryiacudu yang memberlakukan “minggu
militer” dan dilanjutkan ke “bulan militer”. Bahkan ketegangan tersebut
memunculkn isu akan adanya kudeta militer.
Disinggung juga mengenai posisi Indonesia
dengan Australia yang merupakan “tetangga” yang strategis dalam konteks
keamanan regional. Stabilitas politik dan keamanan dalam negeri Indonesia dapat
mempengaruhi instabilitas kawasan Australia. Dengan demikian Australia
mendukung kembalinya Indonesia menjadi Negara yang demokratis dan bersatu.
Adanya gesekan TNI-Polri di lapis bawah
juga dibahas dalam buku ini. Hal ini merupakan akibat adanya pemisahan
TNI-Polri yang secara mendasar belumlah tuntas. Kompetisi dan rivalitas tidak
hanya ditingkat bawah, tetapi juga ditingkat pimpinan TNI-Polri. Isu RUU Kamnas
serta alokasi anggaran dalam APBN merupakan wujud yang dapat dijadikan fakta
atas kompetisi tersebut.
Birokrasi dan Pelayanan Polri sepertinya
mendapat sorotan, bahwa birokrasi Polri
lebih cenderung dilayani, daripada dilayani. Oleh karena itu Polri harus
mencari format yang pas dalam menyusun program reformasi birokrasi di masa
depan. Reformasi Birokrasi di tubuh Polri dilakukan berdasarkan tiga dimensi :
Postur, Struktur dan Kultur.
Kesuksesan Polri dalam membongkar jaringan
teroris Bom Bali I, Bom Bali II, JW Marriot dan Kedubes Australia memberikan
angin segar berupa bantuan yang mengalir dari dalam dan luar negeri. Hal ini
mengakibatkan adanya kompetisi internal antar fungsi dan kewilayahan dalam
operasi penangkapan teroris. Belum lagi adanya ketidak adilan atas pemberian
reward atas anggota yang memiliki andil dalam pengungkapan kasus-kasus
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar